Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Gus Dur: Sudah Membaca Majalah Katolik Sejak SD (2)

Oleh: Ali Munir S.
google.com
Kita tidak akan pernah menukik bahwa perjalanan di masa kecil seseorang adalah tangga untuk masa depannya, sama sekali tak bisa dilupakan begitu saja seakan tak ada artinya. Gus Dur, yang tangan kanannya pernah patah karena mencuri mangga dan terjatuh, hidup di samping seorang ayah yang tidak biasa. K.H. Wahid Hasyim memiliki perpustakaan pribadi di kediamannya di Jakarta, dimana Gus Dur setiap hari dan malam suka membaca koleksi-koleksinya. Uniknya, di perpustakaan itu terdapat majalah-majalah terbitan orang Katolik yang setiap hari menjadi bacaan keluarga. Lalu, bagaimana dengan musik?

Di masa sekolah dasarnya di Jakarta, Gus Dur sudah jatuh cinta pada musik lewat teman ayahnya, Williem Iskandar Bueller orang Jerman yang sudah masuk Islam, yang setiap sore hari mengajarinya musik di rumah Bueller. Dari sana Gus Dur sudah berkenalan setidaknya pada tiga hal: orang Muallaf barat, Musik barat dan Majalah Katolik. Sejatinya itulah yang membawa Gus Dur pada pribadi yang Pluralis kelak. Bahkan SD Gusdur di Jakarta sampai ada dua sekolah, karena suka pindah-pindah agar tidak bosan.

Lulus SD di Jakarta, Gus Dur melanjutkan ke SMEP di kota yang sama. Itu terjadi setelah ayahnya, KH. Wahid Hasyim, meninggal di usia 38 tahun karena kecelakaan di jalan antara Bandung dan Cimahi. Saat kecelakaan itu, banyak orang berbaris seraya memberikan hormat tangan sambil menangis, namun Gus Dur tidak paham situasi itu. Gus Dur tidak paham bahwa ayahnya adalah seorang yang berpengaruh bagi orang banyak, sehingga di akhir hayatnya diiringi tangisan banyak orang dan baris berbaris. Gus Dur hanya bengung saja.

Di SMEP sekolah barunya itu Gus Dur tidak mengalami perkembangan secara nilai tertulis. Gus Dur merasa apa yang diajarkan di sekolah itu sudah pernah dipelajarinya. Sehingga Gus Dur sering tidak masuk sekolah, dan mengulang kelas 1 karena tidak naik kelas. Karena merasa Gus Dur kurang berkembang dengan baik, akhirnya sang Bunda memindahkannya ke SMP di Yogyakarta.

Lalu, apa yang terjadi di Yogyakarta? Apakah Gus Dur semakin rajin sekolah atau sebaliknya? Tunggu tulisan kami berikutnya![]

Sumber: Buku Biografi Gus Dur, karya Greg Barton yang diterbitkan oleh Saufa Diva Press Group Yogyakarta tahun 2016.

Posting Komentar untuk "Gus Dur: Sudah Membaca Majalah Katolik Sejak SD (2)"